- Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir di nusantara yang berdiri antara abad ke-13 hingga abad ke-16. Dalam sejarahnya, Majapahit dianggap sebagai salah satu kerajaan terbesar dengan wilayah kekuasaan hampir mencakup seluruh nusantara. Kerajaan Majapahit didirikan pada 1293 M oleh Raden Wijaya, menantu Kertanegara, raja terakhir Kerajaan kejayaan kerajaan ini berlangsung pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, yang berkuasa antara 1350-1389 M. Di bawah kekuasaan Hayam Wuruk, Majapahit berhasil menaklukkan Sumatera, Semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, Tumasik Singapura, dan sebagian Kepulauan Filipina. Selain itu, kerajaan ini juga menjalin relasi dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan, Vietnam, dan sejarah Kerajaan Majapahit dapat diketahui dari Kitab Negarakertagama, Pararaton, buku-buku kidung, prasasti-prasasti, dan berita-berita China. Baca juga Raden Wijaya, Pendiri Kerajaan Majapahit Sejarah singkat Kerajaan Majapahit Sejarah berdirinya Kerajaan Majapahit diawali dengan runtuhnya Kerajaan Singasari pada 1292 M akibat pemberontakan Jayakatwang, Adipati Kediri. Raden Wijaya kemudian meminta bantuan kepada Adipati Madura yang bernama Arya Wiraraja, untuk membalas dendam. Dengan bantuan Arya Wiraraja, Raden Wijaya kemudian kembali ke Singasari dan mengaku ingin mengabdikan diri kepada Jayakatwang.
SandyakalaRajasawangsa, sebuah epos tentang cikal kerajaan besar nusantara: Majapahit. Ditulis oleh penulis kawakan, novel ini adalah salah satu rekam sejarah sepenggal perjalanan bangsa ini. Serial Majapahit, Sandyakala Rajawangsa, Langit Kresna Hariadi. 129000. 109650. Beli Buku Ini
Untuk memimpin tanah seluas Nusantara ini diperlukan seorang kesatria yang berwibawa, bermartabat. Punya harga diri, dan mempunyai keberanian laksana seekor singa. Kesatria itu harus tak tergoyah karena mempunyai penyangga yang kuat. Jalan Tengan Beruas Delapan, itulah penyangganya yang terdiri dari pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, mata pencaharian benar, daya upaya benar, perhatian benar, dan bersemadi benar. Setyo Wardoyo via Kertanegara, The Rise of Majapahit Arok Dedes membangkitkan minat saya kembali untuk menyusuri sejarah Dinasti Rajasa. Tapi selepas Arok Dedes, saya kok rada males langsung lompat ke Gajah Mada. Lah, jauh bener! Pengennya baca selanjutnya sih masa pemerintahan Anusapati, Tohjaya, lalu Ranggawuni dan Mahisa Cempaka gitu. Tapi saya gak nemuin novel yang mengisahkan tentang masa-masa mereka. Sekedar mengingatkan, urutan para raja dari Dinasti Rajasa pada masa Singasari sebagai berikut Kisah selanjutnya yang saya temukan adalah masa akhir pemerintahan Prabu Kertanegara. Ini tentunya buku-buku karya pengarang yang agak-agak baruan, ya.. Kalo buku-buku cerita silat jaman-jaman bacaannya ayah saya kayak Ko Ping Ho mah saya angkat tangan dulu, dah! Belum sanggup bacanya soalnya baru buka buku aja muka kok gatel-gatel, ya? Kenapa saya menulis The Rise of Majapahit duluan? Well, soalnya saya dapetin buku ini duluan, sederhana saja. Karena sebenarnya saya membelinya pada hari yang sama. Namun karena yang satu saya beli dalam bentuk ebook sementara yang satu lagi saya membelinya online dari sebuah toko buku di pulau Sumatera. Maka, ya, jelas mana yang duluan yang saya baca. The Rise of Majapahit Jika kita lemah maka kekayaan kita akan berpindah tangan ke negeri lain. Bisa serentak atau perlahan-lahan secara halus dan tidak terasa! Yang paling celaka adalah apabila negeri lain bekerjasama dengan orang kita sendiri. Orang yang demikian adalah penghianat negeri. Kepalanya layak dipenggal! Kisah diawali dengan datangnya Laksamana Meng Khi, utusan Khubilai Khan dari Mongolia yang belum apa-apa sudah bikin Prabu Kertanegara kesal. Pasalnya dia datang dengan tanpa pemberitahuan dan ingin segera bertemu. Saat menghadap, kalimat-kalimat yang keluar dari mulutnya membuat ruangan hening. Salam Hormat Raja Sri Kertanegara yang agung. Kami adalah utusan Yang Mulia Kaisar Kubilai Khan dari Mongolia yang menguasai jagat raya ini.â Gila, menguasai jagat raya, cuuuy! Kebayang, gak, sih? Saya aja sewot banget rasanya ngebayangin itu si Meng Khi ngoceh. Lah pagimane Kertanegara? Mana isi suratnya tambah nyebelin. Yang Mulia Prabu Sri Kertanegara. Kami dari kekaisaran Mongolia yang menguasai seluruh jagat raya ini memerintahkan kepada Yang Mulia beserta seluruh rakyat negeri Singosari untuk segera mengirimkan seorang pangeran ke negeri kami menyampaikan pernyataan tunduk dan mengirimkan upeti senilai 60 ribu tahil emas setiap tahun sebagai tanda takluk dan mengakui kekuasaan Kekaisaran Mongolia Beuh! Raja Kertanegara di buku ini orangnya angker, men! Saya suka saya suka! Gak banyak ngomong walaupun beliau murka. Dengan terlihat tenang beliau bangkit dari damparnya singgasana dan melangkah mendekati Meng Khi. Menurut penulisnya, langkahnya ini seakan melayang lalu semakin lama semakin lebar dan mulai terdengar tapak kakinya. Aroma rempah menyibak dari tubuhnya yang terhembus udara. Semakin dekat langkahnya, tangan Kertanegara mulai memegang keris dari pinggangnya yang pas ditarik, bau warangan arsenic tercium tajam. Tapi, terlambat. Saat Meng Khi sadar, keris di tangan kanan Kertanegara sudah menyabet dan memutus telinganya. Langsung diusir itu Meng Khi! Kubilai Khan menganggap ini sebagai penghinaan dan segera bersiap-siap untuk menginvasi Jawa. Singasari yang dalam keadaan lemah saat sebagian besar armadanya dikirim untuk Ekspedisi Pamalayu ke Sumatera masih harus digrecoki oleh pemberontakan Gelang-Gelang, sebuah kerajaan bawahan yang pada saat itu dipimpin oleh Prabu Jayakatwang. Nah, hubungan antara Jayakatwang pada Kertanegara ini ruwet pisan! Yah, walaupun gak seruwet jalanan ibukota negara Indonesia. Jayakatwang Jayakatwang sebenarnya itu ipar tapi juga sekaligus besan dari Kertanegara. Tapiii, leluhurnya Jayakatwang yaitu Prabu Kertajaya dulu dikalahin sama leluhurnya Kertanegara yaitu Arok. Jayakatwang gak bisa move on dari itu. Kalo di buku Sendyakala Rajawangsa, bukan Cuma Jayakatwang, seluruh warga Gelang-Gelang belum move on dari itu! Sesuai dengan kisah yang ada buku-buku sejarah kalau Anda ingat pelajaran di buku sejarah jaman sekolah dulu yang sama sekali gak seru itu Jayakatwang menyerbu Singasari. Istana dikeroyok pasukan Gelang-Gelang! Satu persatu Bhayangkara dan perwira tewas. Kertanegara tentunya melawan dan menolak untuk menyerah sampai jatuh bersimbah darah dan menghambuskan nafas terakhir. Puteri-puteri Kertanegara pun bertarung sebisa mereka. Waduh, pikiran saya tentang puteri raja yang cantik lemah lembut senantiasa luluran dan menari itu langsung buyar rasanya pas baca adegan Princess Tribhuaneswari lompat sejarak tombak tepat diatas pedang demi melindungi adik-adiknya. Kalungnya putus kena sabet pedang yang kalo dia gak cepat, yaudah lehernya yang putus. Di saat yang sama, cundrik keris kecil beracun di tangannya menyobek perut prajurit Gelang-Gelang. Beuh, Tribuaneswari meni edan-edanan menyelamatkan dirinya dan adik-adiknya untuk keluar dari istana. Tapi begitu ketemu suaminya, langsung lemes dan dibimbing untuk naik kuda. Eh? Gimana tadi? Gayatri yang dalam pikiran saya selalu botakâŠmaksudnya udah jadi biksu yang sangaaaaat bijaksana, kali ini wujudnya masih muda dan seorang kutubuku garis keras! Bayangin aja, dia murka minta ampun saat denger keributan diluar yang mengganggunya baca Tak tega ketenangannya membaca terganggu, cundrik beracun di tangan kanannya merobek pipi kiri prajurit Gelang-Gelang yang akan menangkapnya. Gerakan kedua cundrik itu menancap di perut musuhnya hingga roboh halaman 98 Yaaa, saya juga sih suka kesel banget kalo lagi asik baca diganggu orang. Tapi gak sampai segitunya juga! Sabar, ya, Mbak. Sabar. Emang orang Gelang-Gelang suka gitu. Untung dia nantinya jadi istri raja. Coba kalo jadi PNS kerja di perpustakaan SD. Bisa abis anak-anak sama dia. Singasari runtuh. Raden Wijaya, yang merupakan pewaris tahta sekaligus menantu Kertanegara berhasil melarikan diri bersama Thribuaneswari, permaisurinya. Mereka bersama para prajurit yang setia pun menyusun rencana untuk merebut kembali tahta Singasari. Majapahit Sandyakala Rajawangsa Cerita diawali dengan tibanya rombongan Patih Raganata, Raden Wijaya, dan Gayatri di wilayah kerajaan Kediri Gelang-Gelang. Sebenarnya ini adalah rombongan yang diutus oleh Prabu Kertanegara untuk nglanglang. Pasalnya di pasewakan, Prabu kertanegara selalu mendapatkan laporan dari para penguasa wilayah bahwa seluruh rakyat dalam keadaan sejahtera dan tentram. Maka untuk memastikannya, Sang Prabu mengirim pasukannya untuk mencaritahu kebenaran berita tersebut. Dan memang kenyataannya, apa yang dilaporkan para penguasa wilayah tidak sepenuhnya benar. Rakyat kebanyakan dalam keadaan miskin dan itu pun diperparah dengan berbagai perampokan yang terjadi di sana sini. Namun apa yang Raden Wijaya temukan di Kediri jauh lebih meresahkan hati. Beberapa hal membuat Raden Wijaya dan Patih Raganata mencurigai bahwa saat ini Kediri sedang dalam persiapan untuk melakukan makar terhadap Singasari. Sementara itu, bagi Gusti Putri Gayatri, yang meresahkan justru karena dia menemukan bahwa adik bungsunya, Gusti Putri Narendradewi yang dinikahi oleh Ardaraja putera Jayakatwang dalam keadaan tersiksa di istana Kediri. Tidak hanya suaminya yang ternyata suka menghajarnya, namun juga seluruh kerabat istana ikut menyiksanya secara psikis dan emosional. Pada saat itu Gayatri dengan tegas memutuskan untuk membawa pulang Narendradewi kembali ke istana Singasari. Sementara itu di Singasari, Prabu Kertanegara sedang galau. Pasalnya Wiswarupa Kumara, puteranya satu-satunya, menolak tahta karena ingin menjadi biksu. *** Nusantara harus kuat dan bersatu untuk melawan kekuatan dari utara yang ingin menguasainya dan juga negeri lain yang mempunyai niat sama. Mereka ingin merampas seluruh harta kekayaan kita. Mereka ingin menguasai kedaulatan tanah air kita! Tidak hanya saat ini tetapi ancaman itu bahkan akan terus ada hingga pada masa anak cucu kita nanti Setyo Wardoyo via Kertanegara, The Rise of Majapahit Kalau di buku The Rise of Majapahit kita seakan nonton film yang sangat seru dari awal sampai akhir. Kisah berjalan mengikuti petualangannya Raden Wijaya bersama Tribhuaneswari dalam upaya merebut kembali tahta Singasari, dalam Sandyakala Rajawangsa kisah lebih dielaborasi lagi. Pada awalnya saya agak kesulitan mengikuti ritme cerita yang tiba-tiba melambat sampai rasanya gak sabar nungguin Meng Khi nyampe istana. Lama-kelamaan, saya bisa menikmatinya. Sandyakala Rajawangsa mengajak kita untuk seakan masuk ke masa akhir kerajaan Singasari. Pak Langit Kresna Hariadi banyak mendeskripsikan bagaimana kehidupan pada masa tersebut, bermacam senjata dan penggunaannya, makanan, pakaian dan kepercayaan masyarakat. Kita juga diajak masuk ke dalam rumah tangga raja yang diperlihatkan gak jauh beda dengan rumah tangga semua orang. Kertanegara di Sandyakala Rajawangsa bukan hanya raja, tapi juga seorang suami dan ayah yang sama seperti semua ayah di dunia ini jika harus mengalami hal sepertinya kecewa karena puteranya menolak untuk mewarisi tanggungjawab emangnya lo pikir bokap lo punya pilihan? Kesel gw! Jadi anak laki gitu amat. Bukannya bantuin ayah ngurus negara belain dan jagain adek-adeknya eh malah dia pergi, kaget dan marah saat tahu puterinya diperlakukan jahat oleh menantu dan besan, sekaligus khawatir akan keselamatan empat puterinya yang lain. Dalam beberapa hal, kisah di dua novel ini seakan-akan mengisahkan dua hal yang sangat berbeda. Salah satunya adalah karena penokohannya. Sosok Kertanegara yang angker tapi melindungi kayak Justice Bao tau-tau ambyar berubah jadi King Robert of Baratheon yang kebanyakan galaunya. Tribhuaneswari yang tadinya saya ngebayangin kayak Princess Merida di film animasi Brave pendekar panah yang edan-edanan melindungi adik-adiknya di sini jadi puteri raja yang biasa dimanja mengeluh kecapean jalan. Gayatri yang pandai membaca sekarang jadi pandai menari. Prajnaparamita yang konon ini adalah sosok Gayatri Jadi gini, ya.. Gayatri Rajapatni itu nantinya jadi tokoh yang berpengaruh. Dia orang yang berada dibalik Prabu Putri Tribuwanatunggadewi, orang yang memegang pemerintahan sementara saat Jayanegara tewas, orang dibalik karir politik Gajah Mada dan Adityawarman. Bahkan bisa dibilang, dialah orang dibalik kejayaan Majapahit! Itu kan sudah jelas ini cewek waktu masih muda pandai membaca bukan pandai menari! Gak rela! Beberapa tokoh malah penggambarannya jauh bener! Seperti Ardaraja, sosok menantu Kertanegara yang di The Rise of Majapahit digambarkan sebagai tokoh yang rada galau mau mihak siapa tapi bisa dimengerti. Yaa, kalo ayah lo nyerang mertua, lo mau ngebelain siapa, hayo? Pada akhir kisah, saya kasihan sama Ardaraja yang ditawan oleh bangsa Mongolia. Kemudian saya membaca Sandyakala Rajawangsa, rasa kasihan saya hilang tanpa sisa! Sosok Ardaraja yang peragu di buku ini berubah menjadi laki-laki yang abusive tapi lemah. Mungkin kerasukan roh Kalagemet. Eh, Kalagemet belum lahir! Patih Gelang-Gelang Mahisa Mundarang yang tadinya keren. Iya, iyaâŠdia di pihak yang jahat tapi lumayan keren kok orangnya. Eh, tau-tau jadi sosok yangâŠngngng..saya sebenernya bingung sih kalau ketemu sama ini orang di dunia Sandyakala Rajawangsa apa mau gemetar ketakutan apa ketawa ngakak, ya⊠Kejam sih, tapi sial mulu! Mungkin dari awal memang dunianya berbeda. The Rise of Majapahit seakan-akan mungkin karena kebetulan saja bacanya urut sih kelanjutan dari Arok Dedes. Penerjemahan kisah menjejak di dunia nyata. Gak ada embel-embel mantra, hantu, atau yang seperti itu. Sementara pada Sandyakala Rajawangsa itu dunia Keris Empu Gandring. Macem-macem ajalah kejadian dan kemampuan orang-orang yang aneh-aneh! Ada orang bisa mengendalikan angin, lah! Tau-tau Kertanegara lagi jalan didepannya lewat pasukan hantu segala. Jadi, dua buku ini sama-sama keren! Kalau mau baca kisah jatuhnya Singasari sampai berdirinya Majapahit yang bener-bener focus tentang itu ya baca The Rise of Majapahit. Novel sejarah yang gak ngebosenin dan bahkan seru karena sebagian besar kisah memang terus-terusan perang, perkelahian, dan intrik. Tapi kalau pengen melihat-lihat menikmati pemandangan senja di bumi Singasari ya sesuai judulnya, baca Sandyakala Rajawangsa. Saran saya sih, baca dua-duanya aja.
SandyakalaRajasawangsa, sebuah epos tentang cikal kerajaan besar nusantara: Majapahit. Ditulis oleh penulis kawakan, novel ini adalah salah satu rekam sejarah sepenggal perjalanan bangsa ini. Tentang Penulis Menulis dan berkhayal menjadi satu-satunya pekerjaan yang digelutinya. Melalui menulis itulah ia menghidupi keluarganya.
Review Majapahit Sandyakala Rajasawangsa - Langit Kresna Hariadi Majapahit Series Book Review Indonesia Pada postingan kali ini kami akan mereview novel Majapahit Sandyakala Rajasawangsa karya Langit Kresna Hariadi. Sekaligus sebagai postingan pembuka review buku bulan April ini. Yey! Bila pada bulan lalu, kami bersemangat sekali membaca segala hal terkait kerajaan-kerajaan di Nusantara. Maka bulan ini semangat tersebut masih berkobar. Kami akan memberikan review kami terhadap beberapa buku yang berkaitan dengan kerajaan masa lampau tersebut. Pada kesempatan ini kami masih akan melanjutkan cerita terkait kerajaan Majapahit. Dan mungkin juga kerajaan sebelum Majapahit. Biasanya ketika menceritakan Majapahit, akan menceritakan kerajaan yang tak kalah kondangnya, Singasari. Atau yang lebih tua, Mataram Kuno. Langsung saja! Ini dia reviewnya! Novel Majapahit Sandyakala Rajasawangsa karya Langit Kresna Hariadi Deskripsi Buku Blurb Review Buku Sejujurnya penemuan novel ini agak mengejutkan! Yaa, karena kami tidak menemukan novel ini pada pencarian kami melalui berbagai kata kunci. Tidak ada di iPusnas maupun iJak. Novel Majapahit series karya Langit Kresna Hariadi LKH ini, pernah kami lihat koleksinya pada toko online salah satu penerbit. Novel tersebut terdiri atas empat series. Dan yang dimiliki iPusnas hanya seri keduanya. Setidaknya seri itulah yang sering kami lihat. Maka, ketika kami menemukan novel tersebut ternyata ada di iPusnas, wahhhhh betapa senangnyaaa, akhirnyaaa kami dapat membaca juga series Majapahit karangan LKH. Hal ini karena kami tidak berencana membaca novel seri keduanya. Yups, pantang sekali membaca novel series terutama yang memiliki hubungan erat antar novel tanpa membaca seri pertamanya. Jadi kami awalnya memang belum berniat membaca novel-novel karangan LKH tersebut, baik Majapahit maupun Gajah Mada. Kurang lebih alasan kami belum berniat membaca novel Gajah Mada karena menurut kami masih banyak teka-teki yang menarik dari kisah awal terciptanya Majapahit. Selain itu, karena series Gajah Mada pada iPusnas belum lengkap seutuhnya. Jadi tanggung semua bukan? Dan kami memutuskan untuk menunda membacanya. Tapi mengagetkan memang, tiba-tiba novel tersebut muncul. Dan langsung kami pinjam. Tapi oh tapi. Sulit sekali meminjamnya. Setelah meminjam dan melihat jumlah halaman yang menyentuh angka 600an tersebut, kami jadi maklum. Yahh, setidaknya hal ini juga membuat kami penasaran, akan dibawa kemana cerita tersebut. Cerita yang disajikan LKH ini memang didasarkan pada serat yang ada. Hal ini terlihat dari jalan cerita yang sama dengan novel terkait Majapahit lainnya, yang pernah kami baca. Namun sangat-super-duper-kompleks. Cerita yang bahkan tidak semudah itu Singasari digempur oleh kerajaan Gelang-gelang Kediri. Ada banyak persoalan-persoalan yang rumit dan saling terjalin, menambah keruwetannya. Setidaknya disini latar belakang Raden Wijaya dikupas lebih jelas. Bahkan pada novel ini juga dijelaskan secara terperinci silsilah trah Rajasa. Hal ini terus diulang beberapa kali. Dan menurut kami versi cerita ini lebih masuk akal. Dimana Raja Kertanegara memilih Raden Wijaya untuk menjadi penerusnya, karena ia melihat adanya wahyu ? atau semacam itu, pada diri Raden Wijaya. Alasan yang menurut kami sangat masuk akal. Hal ini karena biasanya novel-novel yang menceritakan Majapahit, akan memperlihat Raden Wijaya yang sudah memiliki tempat istimewa di hati raja, namun alasan pemilihan dirinya biasanya tidak ada. Jadi ketika pada novel ini alasan raja memilih Raden Wijaya diungkapkan secara gamblang, kami jadi sangat puas, dan seolah teka-teki tersebut akhirnya dapat terpecahkan juga. Lalu, pada novel ini penulis seolah memberikan porsi yang cukup untuk setiap karakter yang terlibat. Misalnya Ranggalawe, yang sudah di munculkan dari awal dan sudah menjadi anak buahnya Raden Wijaya. Sungguh yaa, di sini Ranggalawe terlihat super duper keren, imut juga, dan ambisius pada mimpinya. Yups paket komplet yang diceritakan oleh penulis. Walaupun disini akhirnya Lembu Sora kurang mendapat banyak sorotan, namun yah beda penulis beda sudut pandang yang digunakan. Lalu penulis juga seakan ingin menghidupkan imajinasi pembacanya dengan memberikan ulasan yang sangat detail tentang suatu daerah, maupun suatu suasana. Dimana penulis sangat ciamik ketika menggabungkan antara dunia nyata dan dunia mistik. Dunia mistik yang tentunya sudah mengakar. Bahkan baru pada novel ini kami menemukan istilah lampor. Sejenis hantu yang berjalan atau berarak. Hmm. Maklum istilah lelembut kami mentok di pocong, genderuwo, kuntilanak, dan tuyul. Jadi ketika membaca "lampor", kami langsung cepat-cepat membuka KBBI, yahh walaupun oleh penulis juga di jelaskan. Hehehe. Namun, kekurangan pada novel ini ialah, penulis hanya mengunggulkan Gayatri, dari ketiga sekar kedhaton lainnya. Yah, maksudnya, bahwa sekar kedhaton lainnya juga perlu mendapat sorotan yang layak. Sebagai anak tertua Tribhuaneswari kurang mendapat banyak dialog, bahkan tidak menonjol sama sekali. Lalu Narendraduhita dan Pradnya juga bernasib sama. Peran mereka hanya tukang mengintip ketika dilaksanakan kumpul seba oleh raja, dan dihadiri Raden Wijaya. Iya, mereka mendapat jatah hanya mengintip Raden Wijaya saat seba. Agaknya tiga bersaudara ini sangat amat kurang mendapat sorotan. Dan penulis hanya berfokus pada Gayatri seorang. Masih lumayan nasib Narendradewi istri Ardaraja-dalam novel. Ia mendapatkan sorotan, lebih karena nasibnya yang kurang beruntung. Yups, ketika membaca bagian awal dan penulis memunculkan Gayatri bersama Raden Wijaya dan rombongan, masih oke. Namun ketika di sepanjang jalan cerita hanya Gayatri yang mendapat sorotan menurut kami ini kurang adil untuk sekar kedhaton lainnya. Mereka layak mendapat sorotan juga. Bahkan ketika menjabarkan kecantikan mereka, penulis agaknya kurang memberikan gambaran yang spesifik pada tiga bersaudara lainnya. Dimana mereka hanya mendapat deskripsi cantik. Sedangkan Gayatri cantik yang berseri. Aduh... kalau gini kan para emban yang seusia mereka juga penulis sebut cantik. Lalu tiga bersaudara tersebut cantik yang seperti apa? Kenapa tidak spesifik? Huufff sebal. Selain Gayatri yang mendominasi sekar kedhaton sepanjang cerita. Kami juga merasa bahwa novel dengan halaman yang tebal dan cerita yang kompleks seperti ini, perlu memberikan ilustrasi dari kejadian yang terjadi, atau minimal peta lokasi atau ilustrasi salah satu tokoh. Agar greget saja sih. Walaupun penulisnya sudah sangat detail dalam menjabarkan ceritanya. Ohiyaaaa! Ada satu lagi tokoh yang super nyebelin. Kemunculannya itu kayaknya akan sangat berpengaruh ketika nantinya utusan dari Kubilai Khan ini datang lagi, untuk membalas dendam atas tindakan yang mempermalukan Kubilai Khan, melalui utusannya Meng Khi tersebut. Walaupun pada cerita ini, Meng Khi datang langsung ditemani dengan Ike Mese Yokumisu, Shih Pi, dan Gao Sing. Jadi kayaknya nantinya mereka bertiga ini juga membawa misi sakit hati yang mereka alami langsung. Biar greget kali yaa nanti misi Kubilai Khan yang bukan hanya membawa pasukan, tetapi juga dendam, sakit hati, yang menuntut untuk dibalas. Belum lagi si tokoh yang menyebalkan itu, akan semakin membuat semrawut keadaan. Dan ada satu tokoh yang menarik, dia dan kudanya memiliki keistimewaan hidup abadi. Selain itu, ilmu kanuragan atau bela diri dan ilmu-ilmu lainnya, yang dimiliki si tokoh ini juga tak kalah kerennya. Dan tokoh ini berpihak pada Singasari, dengan memberikan petunjuk-petunjuk alam pada Raden Wijaya, Mahapatih Raganata, bahkan Sri Kertanegara juga. Hmm. Belum lagi cerita juga sangat menarik ketika membahas terkait keris Mpu Gandring. Dan segala hal terkait kemunculan keris tersebut. Ya, disini penulis mempertemukan antara kejadian nyata dalam fiksi dan kejadian mistik. Nah, kurang lebih seperti itulah review dari kami. Secara keseluruhan kami sangat menyukai cerita pada novel tersebut yang banyak sekali hal-hal baru yang dimasukan penulis untuk membuat cerita lebih greget dan kompleks. Lalu, untuk ending, karena novel ini series, maka ending pada novel ini masih sangat ngambang. Yah, bisa juga sih kalian anggap bahwa novel ini hanya bagian awal dari keseluruhan bagian cerita. Jadi, yah tentu saja kami akan melanjutkan membaca series keduanya. Untuk series ketiga dan keempat yahhh kita tunggu nanti saja. Antara menunggu series tersebut tersedia pada iPusnas atau iJak, atau malah kita akan membelinya D hohoho. Tapi menunggu promo atau diskon, hehehe. Oke! Sekian dulu review dari kami. Apabila terdapat kekurangan mohon dimaafkan. Hal-hal yang kami tuliskan pada postingan ini bersifat hanya membahas novel tersebut, bukan kejadian nyata atau sesungguhnya, karena kita tidak pernah tahu kejadian spesifik pada masa itu. Namun membaca novel sejarah ternyata sangat menyenangkan dan juga mendebarkan, bahkan ada bagian yang menegangkannya. Jadi sudah paket komplet tentu saja. Nantikan rilis postingan terbaru dari kami, setiap hari Senin dan Sabtu pada pukul WIB! Estimasi waktu membaca 001000 sepuluh menit. Semoga harimu selalu menyenangkan! Keep creative! Keep literate! See you! Salam kreatif Penulis Admin Journal Creative World Editor Admin Journal Creative World
LangitKresna Hariadi (lahir di Banyuwangi, Jawa Timur, 24 Februari 1959; umur 54 tahun) adalah seorang penulis roman Indonesia. Mantan penyiar radio ini dikenal masyarakat luas dengan cerita roman Gadjah Mada yang menceritakan kisah dari Patih Gajah Mada dari kerajaan Majapahit.
Description Keris itu berdiri tegak. Berpasang-pasang mata menatapnya terkesima. Bukan hanya karena mereka mengenalinya sebagai keris Empu Gandring yang selalu membawa kutukan maut. Tetapi karena mereka sangat yakin, telah memusnahkannya dalam gelegak kawah Gunung Penanggungan. puluhan tahun yang lalu. Kegelisahan menyergap. Pertanda apakah ini? Di pelupuk mata setiap prajurit, bayang-bayang peperangan mulai membayang. Sekali lagi, banjir darah bakal tertumpah di bumi Singasari. Sandyakala Rajasawangsa, sebuah epos tentang cikal kerajaan besar nusantara Majapahit. Ditulis oleh penulis kawakan, novel ini adalah salah satu rekam sejarah sepenggal perjalanan bangsa ini. Serial Majapahit, Sandyakala Rajawangsa, Langit Kresna Hariadi 129000 109650 Beli Buku Ini
qJub. iis6a7rf29.pages.dev/409iis6a7rf29.pages.dev/404iis6a7rf29.pages.dev/184iis6a7rf29.pages.dev/412iis6a7rf29.pages.dev/172iis6a7rf29.pages.dev/250iis6a7rf29.pages.dev/252iis6a7rf29.pages.dev/3
cerita sejarah majapahit sandyakala rajasawangsa